referat fungsi lambung
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Lambung adalah rongga seperti kantung
berbentuk J yang terletak antara esophagus dan usus halus. Organ ini dibagi
menjadi tiga bagian berdasarkan pembedaan anatomi, histologi dan fungsional.(Sherwood,2011)
Fundus adalah bagian lambung yang
terletak di atas lubang esofagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah
korpus. Lapisan otot polos di fundus dan korpus relatif tipis, tetapi bagian
bawah lambung, antrum, memiliki otot yang jauh lebih tebal. Perbedaan ketebalan
otot ini memiliki peran penting dalam motilitas lambung di kedua region
tersebut, seperti segera akan anda ketahui. Juga terdapat perbedaan kelenjar di
mukosa region-regio ini. Bagian terminal lambung adalah sfingter pilorus, yang berkerja sebagai sawar antara lambung
dan bagian atas usus halus, duodenum. (Sherwood,2011)
Lambung mempunyai beberapa fungsi.
Fungsi terpenting lambung adalah menyimpan makana yang masuk sampai makanan
dapat disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan
dan penyerapan yang optimal. Diperlukan waktu beberapa jam untuk mencerna dan
menyerap satu porsi makanan yang dikonsumsi hanya dalam bilangan menit. Karena
usus halus adalah tempat utama pencernaan dan penyerapan, maka lambung perlu
menyimpan makanan dan menyalurkannya secara mencicil ke duodenum dengan
kecepatan yang tidak melebihi kapasitas usus halus. (Sherwood,2011)
I.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan
penulisan referat ini sebagai berikut
1. Untuk
memberi wawasan kepada penulis, pembaca/mahasiswa tentang sekresi asam lambung.
2. Untuk
memberikan pemahaman kepada mahasiswa lain tentang sekresi asam lambung yang
mempengaruhi pencernaan.
3. Serta
sebagai sumber belajar bagi penulis, pembaca/mahasiswa tentang sekresi asam
lambung.
Manfaat
penulisan referat ini adalah agar penulis, pembaca/mahasiswa dapat mengetahui
definisi tentang sekresi asam lambung dan hubungan komponen serabut saraf di
dalamnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Struktur Penghasil Asam Lambung
Setiap hari lambung mensekresikan
sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel yang mengeluarkan getah lambung berada
di lapisan dalam lambung, mukosa lambung, yang dibagi menjadi dua daerah
berbeda: (1) mukosa oksintik, yang melapisi korpus dan fundus, dan (2) daerah
kelenjar pylorus (pyloric glandarea, PGA),
yang melapisi antrum. Permukaan luminal lambung berisi lubang-lubang kecil
(foveola) dengan kantung dalam yang terbentuk oleh pelipatan masuk mukosa
lambung. Bagian pertama dari invaginasi ini disebut foveola gastrica. Yang di
dasarnya terletak kelenjar lambung. Berbagai sel sekretorik melapisi bagian
dalam invaginasi ini, sebagian eksokrin dan sebagian endokrin atau parakrin.
Marilah kita melihat sel-sel sekretorik eksokrin terlebih dahulu. (Sherwood,2011)
Di dinding foveol gastrica dan kelenjar
mukosa oksintik ditemukan tiga jenis sel sekretorik eksokrin lambung :
·
Sel mucus (mucous) melapisi foveola gastrica dan pintu masuk kelenjar. Sel-sel
ini megeluarkan mucus encer
·
Bagian lebih dalam di kelenjar lambung
dilapisi oleh chief cell dan sel
parietal. Chief cell yang jumlahnya
lebih banyak menghasilkan precursor enzim pepsinogen.
·
Sel Parietal (oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik (oksintik artinya “tajam”, gambaran untuk
produk sekretorik HCL yang poten dari sel ini).
Sekresi eksokrin ini semuanya dibebaskan
ke dalam lumen lambung. Secara kolektif, berbagai sekresi ii membentuk getah
lambung.
Gambar
1 Bagian pada Gaster (Sherwood,2011)
Beberapa sel punca juga ditemukan di
foveola gastrica. Sel-sel ini cepat membelah dan berfungsi sebagai sel induk
dari semua sel baru di mukosa lambung. Sel anak yang dihasilkan dari pembelahan
sel bermigrasi keluar foveola untuk menjadi sel epitel permukaan atau
bermigrasi masuk ke dalam ke kelenjar lambung, tempat sel-sel tersebut berdiferensiasi
menjadi chief cell atau sel parietal.
Melalui aktivitas ini, keseluruhan mukosa lambung diganti setiap sekitar tiga
hari. Pertukaran yang sering ini merupakan hal penting karena isi lambung yang
sangat asam menyebabkan sel-sel mukosa mengalami aus dan mudah rusak.
Diantara foveola gastrica, mukosa
lambung dilapisi oleh sel epitel permukaan, yang mengeluarkan mucus kental
tebal basa yang membentuk lapisan setebal beberapa millimeter di atas permukaan
mukosa.
Kelenjar lambung di PGA terutama
mengeluarkan mucus dan sejumlah kecil pepsinogen; tidak ada asam yang
dikeluarkan dari bagian ini, berbeda dari mukosa oksintik.
Marilah kita membahas produk-produk
eksokrin dan perannya dalam pencernaan secara lebih detil. (Sherwood,2011)
Asam hidroklorida
mengaktifkan pepsinogen
Sel parietal secara aktif mensekresikan
HCL ke dalam lumen foveola gastrica, yang selanjutnya menyalurkan bahan ini ke
lumen lambung. Akibat, sekresi HCL ini, pH isi lumen turun hingga serendah 2.
Ion hydrogen (H+) dan ion klorida (Cl;) secara aktif dipindahkan oleh pompa
berbeda du membran plasma sel parietal. Ion hydrogen secara aktif dipompa
melawan gradient konsentrasi yang sangat besar, dengan konsentrasi H+ di lumen
mencapai 3 juta kali konsentrasinya darah. Lorida disekresikan oleh mekanisme
transport aktif sekunder melawan gradient konsentrasi yang jauh lebih kecil
(hanya 1,5 kali).(Sherwood,2011)
II.2
Mekanisme Rangsang Asam Lambung dan Saraf yang Berperan
Sekresi
Lambung
Karakteristik
Sekresi Lambung
Selain sel-sel penyekresi mukus yang
mengelilingi seluruh permukaan lambung, mukosa lambung yang mempunyai dua tipe
kelenjar tubular yang penting: kelenjar oksintik (disebut juga kelenjar
gastrik) dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik (pembentuk asam) menyekresi
asam hidroksida, pepsinogen, faktor intrinsic, dan mukus. Kelenjar pilorik
terutama menyekresi mukus untuk melindungi mukosa pylorus dari asam lambung.
Kelenjar tersebut juga menyekresi hormon gastrin.
Kelenjar oksintik terletak pada bagian
dalam korpus dan fundus lambung, meliputi 80 persen bagian proksimal lambung.
Kelenjar pilorik terletak pada bagian antrum lambung, 20 persen bagian distal
lambung.(Guyton,2011)
Sekresi
dari Kelenjar Oksintik (Gastrik)
Kelenjar oksintik
lambung yang khas. Kelenjar terdiri dari tipe sel : (1) sel leher mukus, yang
terutama menyekresi mukus; (2) sel peptik (chief
), yang menyekresi sejumlah bebsar pepsinogen, dan (3) sel parietal yang
menyekresi asam hidroklorida dan faktor intrinsic. Sekresi asam hidroklorida
oleh sel parietal meliputi mekanisme khusus sebagai berikut.(Guyton,2001)
Gambar 2 Sekresi
Kelenjar Oktinsik (Sherwood,2011)
Mekanisme Dasar Sekresi Asam Hidroklorida
Bila dirangsang , sel parietal akan menyekresi larutan asam yang mengandung sekitar 160 milimol asam hidroklorida per liter, yang hampir sama isotoniknya dengan cairan tubuh. pH dari larutan asam ini kira-kira 0,8, menunjukan keasaman yang ekstrem. Pada pH ini, konsentrasi ion hydrogen sekitar 4 juta klai konsentrasi ion hydrogendalam darah arteri. Untuk memekatkan ion hidrogen dalam darah arteri. Untuk memekatkan ion hydrogen, jumlah yang besar ini memerlukan lebih dari 1500 kalori energy per liter getah lambung.
Gambar 3 Mekanisme Sekresi HCl (Sylvia A. Price, 2006)
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik, gastrik, dan intestinal. Fase
sefalik sudah dimulai bahkan
sebelum makanan masuk lambung, yaitu akibat melihat, mencium, memikirkan, atau mengecap makanan. Fase ini diperantarai seluruhnya
oleh saraf vagus dan
dihilangkan dengan vagotomi. Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri atau pusat nafsu makan.
Impuls eferen kemudian
dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung. Hal ini mengakibatkan kelenjar gastrik terangsang untuk menyekresi HC1, pepsinogen,
dan menambah mukus. Fase sefalik menghasilkan
sekitar 10% dari sekresi lambung normal yang berhubungan dengan makanan. (Sylvia A. Price, 2006)
Fase
gastrik dimulai saat
makanan mencapai an-trum
pilorus. Distensi antrum juga dapat menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding lambung. Impuls tersebut berjalan
menuju medula melalui aferen vagus dan
kembali ke lambung melalui eferen vagus, impuls ini merangsang
pelepsan hormon gastrin dan secara langsung juga merangsang
kelenjar-kelenjar lambung. Gastrin dilepas dari antrum dan kemudian dibawa oleh aliran darah menuju kelenjar lambung, untuk merangsang
sekresi. Pelepasan gastrin
juga dirangsang oleh pH alkali, garam
empedu di antrum, dan terutama oleh protein makanan
dan alkohol. Membran sel parietal di fun-dus dan korpus lambung mengandung reseptor untuk gastrin, histamin, dan asetilkolin, yang
merangsang sekresi asam. Setelah makan, gastrin dapat beraksi pada sel parietal secara langsung untuk sekresi
asam dan juga dapat merangsang
pelepasan histamin dari sel enterokromafin dari mukosa untuk sekresi
asam. Tabel 24-1 memuat daf tar efek yang
ditimbulkan oleh gastrin. Fase sekresi gastrik menghasilkan lebih dari duapertiga sekresi lambung total setelah makan. (Sylvia A. Price,
2006)
sehingga
mcrupakan bagian terbesardari total sekresi lambung harian yang berjumlah sekitar 2.000 ml. Fase gastrik dapal terpengaruh oleh reseksi bedah pada antrum pilorus,
sebab di sinilah letak pembentukan gastrin. (Sylvia
A. Price, 2006)
Fase
intestinal dimulai
oleh gerakan kimus dari lambung
ke duodenum. Fase sekresi lambung diduga sebagian besar bersifat hormonal. Adanya protein yang tercerna sebagian dalam duodenum
tampaknya merangsang pelepasan
gastrin usus, suatu hormon yang
menyebabkan lambung terus-menerus menyekresikan sejumlah kecil cairan lambung. Meskipun demikian, peranan usus kecil sebagai
penghambat sekresi lambung jauh lebih besar. (Sylvia
A. Price, 2006)
Distensi usus halus
menimbulkan refleks entero-gastrik, diperantarai
oleh pleksus mienterikus, saraf simpatis dan vagus, yang menghambat sekresi dan pengosongan lambung. Adanya asam (pH kurang
dari 2,5), lemak, dan hasil-hasil pemecahan
protein menyebabkan lepasnya
beberapa hormon usus. Sekretin, kolesitokinin, dan peptida penghambat gastrik (Gastric-inhibiting peptide, GIP), semuanya memiliki efek inhibisi terhadap sekresi lambung.(Sylvia A. Price, 2006)
II.3 Fungsi Asam
Lambung
a.
Mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat dalam getah lambung, misalnya
pepsinogen diubah menjadi pepsin. Enzim ini
aktif memecah protein dalam bolus menjadi proteosa dan pepton yang mempunyai
ukuran molekul lebih kecil.
b.
Menetralkan sifat alkali bolus yang datang dari rongga mulut.
c.
Mengubah kelarutan garam mineral.
d.
Mengasamkan lambung (pH turun 1–3), sehingga dapat membunuh kuman yang ikut
masuk ke lambung bersama bolus.
e.
Mengatur membuka dan menutupnya katup antara lambung dan usus dua belas
jari.
f.
Merangsang sekresi getah usus.
Enzim renin dalam getah lambung berfungsi mengendapkan kasein atau protein susu dari
air susu. Lambung dalam suasana asam dapat merangsang pepsinogen menjadi
pepsin. Pepsin ini berfungsi memecah molekul-molekul protein menjadi
molekulmolekul peptida. Sementara itu, lipase berfungsi mengubah lemak menjadi
asam lemak dan gliserol. Selanjutnya, kimus akan masuk ke usus halus melalui
suatu sfinkter pilorus yang berukuran kecil. Apabila otot-otot ini
berkontraksi, maka kimus didorong masuk ke usus halus sedikit demi sedikit. (Ganong, 2008).
Fungsi Pencernaan dan
Sekresi
Pencernaan protein
oleh pepsin dan HCI dimulai di sini;
Pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase
dalam lambung kecil peranannya. Sintasis
dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang
dimakan, peregangan antrum, alkalihisasi antrum, dan rangsangan vagus. Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorpsi vitamin Bl2 dari usus
halus bagian distal. Sekresi rnukus membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas
sehingga makanan
lebih mudah diangkut. Sekresi
bikarbonat, bersama
dengan sekresi gel mukus, tampaknya berperan sebagai barier dari asam
lumen dan pepsin. (Sylvia A. Price,
2006)
II.4 Kelainan Yang
Berhubungan Dengan Asam Lambung
Asam lambung memegang peranan penting dalam
fungsi pencernaan manusia. Asam lambung berperan dalam proses penguraian
makanan agar mudah diserap oleh tubuh. Disamping manfaatnya bagi manusia, asam
lambung juga bisa menjadi penyebab masalah kesehatan bagi beberapa orang.
Selain penyakit maag yang disebabkan oleh peningkatan asam lambung yang
berlebihan di dalam lambung, ada penyakit lain yang juga berhubungan dengan
asam lambung yaitu ketika asam lambung keluar dari area lambung dan naik hingga
ke kerongkongan (esofagus).(Aru W. Sudoyo dkk. 2006)
Asam lambung yang beredar di organ tubuh selain
lambung bisa berbahaya dan masalah bagi kesehatan karena tidak memiliki lapisan
pelindung seperti halnya lambung, dimana lapisan pelindung tersebut melindungi
dinding lambung dari cairan asam dalam lambung. Penyakit akibat aliran balik (refluks)
atau naiknya asam lambung beserta makanan yang diurainya dari lambung hingga ke
kerongkongan dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah Penyakit Refluks
Gastroesofagus (PRGE) atau Gastroesophageal
Reflux Disease (GERD) atau kelainan peradangan yang terjadi di bagian mukosa
lambung yang biasa disebut Gastritis.
(Aru
W. Sudoyo dkk. 2006)
A. Refluks Gastroesofageal (Garstroesophageal reflux disease)
Penyakit refluks gastroesofageal
(Gastroesophageal reflux disease /GERD) adalah suatu keadaan patologis sebagai
akibat refluks kandung lambung ke dalam esofagus , dengan berbagai gejala yang
timbul akibat keterlibatan esofagus, faring, laring, dan saluran nafas. GERD
terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan sehingga menyebabkan
ketidaknyamanan.(Aru W. Sudoyo dkk. 2006)
Gambar 4 Kelainan Gastroesophageal Reflux (Aru W. Sudoyo dkk.
2006)
Penyebab GERD
GERD disebabkan karena otot-otot esophageal sphincter bagian bawah
tidak berfungsi normal. Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh asupan dan
kebiasaan makan seseorang. Makan makanan pedas, gorengan, makan berat di malam
hari, segera berbaring atau membungkuk setelah makan bisa memicu GERD. Di sisi
lain, merokok, konsumsi alkohol, obesitas juga disebut sebagai penyebab utama
kondisi ini. (Aru W. Sudoyo dkk. 2006)
Manifestasi klinik
Gejala klinik yang khas dari GERD adalah nyeri/rasa tidak enak di
epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri biasanya dideskripsikan
sebagai rasa terbakar, kadang-kadang bercampur dengan gejala disfagia
(kesulitan menelan makanan), mual atau regurgitasi dan rasa pahit di lidah.
(Aru W. Sudoyo dkk. 2006)
B. Gastritis
Gastritis merupakan peradangan yang terjadi di bagian mukosa lambung
yang sering terjadi pada orang yang berusia lanjut. Tidak begitu berbahaya
namun lama kelamaan akan menyebabkan kerusakan mukosa lambung sehingga bersifat
akut. Gejala gastritis yang menyerang lambung dikarenakan
terjadi luka atau peradangan lambung yang menyebabkan sakit dan perih pada
perut.(Aru W. Sudoyo dkk. 2006)
Penyebab
Adapun penyebab dari penyakit ini dibedakan menjadi
dua macam yaitu dikarenakan zat eksternal dan internal. Zat eksternal adalah
zat dari luar tubuh yang dapat menyebabkan korosif atau iritasi lambung.
Sedangkan zat internal adalah pengeluaran zat asam lambung yang berlebihan dan
tidak teratur. Adapun gejala lain yang bisa terjadi adalah karena stres yang
berkepanjangan yang dapat mengakibatkan produksi asam lambung berlebih. (Aru W.
Sudoyo dkk. 2006)
Kondisi-kondisi
penyebabnya antara lain :
1.
Penyebab zat eksternal yang menyebabkan iritasi dan infeksi
•
Alkohol
•
Obat-obatan
•
Infeksi bakteri atau virus
•
Bahan korosif
•
Keracunan
2.
Penyebab zat internal (adanya penyebab meningkatnya asam lambung yang
berlebihan)
•
Sering makan makanan asam, pedas termasuk lada
•
Kebiasaan makan yang tidak teratur
•
Kondisi psikologis stres mental dan frustrasi
Semua penyebab-penyebab tersebut dapat menyebabkan
kerusakan ketahanan selaput lambung. Apabila keadaan tersebut dibiarkan secara
terus menerus tanpa adanya asupan makanan yang masuk maka, akan terjadi
peningkatan asam lambung yang akan meningkatkan perangsangan kolinergik selanjutnya
akan meningkatkan motilitas lambung. Peningkatan motilitas lambung dapat
menyebabkan erosi pada lambung, jika dibiarkan maka dapat menyebabkan tukak
lambung. (Aru W. Sudoyo dkk. 2006)
Penyakit grastritis yang kronis dapat dimulai dengan
adanya infeksi suatu bakteri yang disebut dengan helicobacter pylori, sehingga
mengganggu pertahanan dinding mukosa. Gejala-gejalanya seperti hilangnya nafsu
makan, rasa kenyang, nyeri ulu hati yang samarsamar, mual dan muntah. Secara
garis besar, pembagian grastritis dibagi menjadi 2 bagian :
1. Grastritis akut
Grastritis akut adalah inflamasi akut dari lambung,
biasanya terbatas pada muklosa. Dan secara garis besar grastritis akut dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu grastritis eksogen akut dan grastritis endogen
akut. Karena bahan kimia, oleh termis, mekanis iritasi bakterial adalah
faktor-faktor penyebab yang biasanya terjadi pada grastritis eksogen akut.
Sedangkan yang terjadi karena kelainan tubuh adalah penyebab dari grastritis
endogen akut.
Grastritis akut dapat terjadi tanpa diketahui
penyebabnya. Salah satu grastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat
berbentuk penyakit yang berat adalah grastritis erosif atau grastritis
hemoragik. Adapun gejala-gejala klinis yang sering menimbulkan grastritits
erosif adalah trauma yang luas, gagal ginjal, oprasi besar, luka bakar yang
meluas, trauma kepala, dan septikemia. Sedangkan penyebab lain adalah berasal
dari obat-obatan, misalnya aspirin dan obat anti inflamasi non-steroid. (Aru W.
Sudoyo dkk. 2006)
Faktor-faktor
yang menyebabkan grastritis erosif adalah :
•Iskemia
pada mukosagaster
•Faktor
pepsin
•Refluks
empedu dan
•
Cairan pankreas
Gambaran klinis grastritis akut erosif sangat
berfariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai dengan yang berat
yang dapat menimbulkan kematian. Sebagian kasus rata-rata yang dialami
merupakan gejala yang ringan bahkan asimtomatis. Keluhan yang sering dirasakan
seperti nyeri timbul pada ulu hati, kadang-kadang disertai mual dan muntah. (Aru
W. Sudoyo dkk. 2006)
Perdarahan saluran cerna sering merupakan
satu-satunya gejala. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang paling dirasakan
adalah hematemesis dan melena yang terjadi sangat hebat dan sampai terjadi renjatan karena
kehilangan darah. Diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan gastroduodenoskopi
pada grastritis akut erosif pada setiap pasien dengan keadaan klinis yang berat
atau pengguna aspirin atau obat anti-inflamasi non-steroid. (Aru W. Sudoyo dkk.
2006)
Gambar 5
Gastritis Akut .(Aru W. Sudoyo dkk. 2006)
2. Gastritis kronis
Lambung yang mungkin mengalami inflamasi kronis dari
tipe tertentu sehingga menyebabkan gastritis dari tipe yang spesifik disebut
gastritis kronisa. Terjadinya infiltrasi sel radang yang terjadi pada lamina
propria, daerah epitelial atau pada kedua daerah tersebut terutama terdiri atas
limfosit dan sel plasma disebut gastritis kronis.
Infeksi kuman Helicobacter pylori yang juga merupakan penyebab gastritis yang termasuk dalam kelompok gastritis kronis. Peningkatan aktifitas gastritis kronis ditandai dengan kehadiran granulosit netrofil pada daerah tersebut. (Aru W. Sudoyo dkk. 2006)
Gambar 6 Gastritis
Kronis .(Aru
W. Sudoyo dkk. 2006)
BAB 3
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
Lambung adalah rongga seperti kantung berbentuk J
yang terletak antara esophagus dan usus halus. Lambung
mempunyai beberapa fungsi. Fungsi terpenting lambung adalah menyimpan makanan yang masuk, sampai makanan
dapat disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan
dan penyerapan yang optimal. Diperlukan waktu beberapa jam untuk mencerna dan
menyerap satu porsi makanan yang dikonsumsi hanya dalam bilangan menit. Karena
usus halus adalah tempat utama pencernaan dan penyerapan, maka lambung perlu
menyimpan makanan dan menyalurkannya secara mencicil ke duodenum dengan
kecepatan yang tidak melebihi kapasitas usus halus. (Sherwood,2011)
Setiap hari lambung mensekresikan
sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel yang mengeluarkan getah lambung berada
di lapisan dalam lambung, mukosa lambung, yang dibagi menjadi dua daerah
berbeda: (1) mukosa oksintik, yang melapisi korpus dan fundus, dan (2) daerah
kelenjar pylorus (pyloric glandarea, PGA),
yang melapisi antrum. Permukaan luminal lambung berisi lubang-lubang kecil
(foveola) dengan kantung dalam yang terbentuk oleh pelipatan masuk mukosa
lambung. Bagian pertama dari invaginasi ini disebut foveola gastrica. Yang di
dasarnya terletak kelenjar lambung. Berbagai sel sekretorik melapisi bagian
dalam invaginasi ini, sebagian eksokrin dan sebagian endokrin atau parakrin.
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi
menjadi fase sefalik, gastrik,
dan intestinal. Fase sefalik sudah dimulai bahkan sebelum makanan masuk lambung, yaitu akibat melihat, mencium, memikirkan, atau
mengecap makanan. Fase ini
diperantarai seluruhnya oleh saraf vagus dan dihilangkan dengan vagotomi. Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase sefalik
berasal dari korteks serebri
atau pusat nafsu makan. Impuls eferen kemudian dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung. Fase gastrik dimulai
saat makanan mencapai an-trum
pilorus. Distensi antrum juga dapat menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding lambung. Impuls tersebut berjalan
menuju medula melalui aferen vagus dan
kembali ke lambung melalui eferen vagus, impuls ini merangsang
pelepsan hormon gastrin dan secara langsung juga merangsang
kelenjar-kelenjar lambung.
Fase
intestinal dimulai
oleh gerakan kimus dari lambung
ke duodenum. Fase sekresi lambung diduga sebagian besar bersifat hormonal. Adanya protein yang tercerna sebagian dalam duodenum
tampaknya merangsang pelepasan
gastrin usus, suatu hormon yang
menyebabkan lambung terus-menerus menyekresikan sejumlah kecil cairan lambung. Meskipun demikian, peranan usus kecil sebagai
penghambat sekresi lambung jauh lebih besar. (Sylvia
A. Price, 2006)
Asam
lambung yang beredar di organ tubuh selain lambung bisa berbahaya dan masalah
bagi kesehatan karena tidak memiliki lapisan pelindung seperti halnya lambung,
dimana lapisan pelindung tersebut melindungi dinding lambung dari cairan asam
dalam lambung. Penyakit akibat aliran balik (refluks) atau naiknya asam lambung
beserta makanan yang diurainya dari lambung hingga ke kerongkongan dalam dunia
kedokteran dikenal dengan istilah Penyakit Refluks Gastroesofagus (PRGE) atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau kelainan peradangan yang terjadi di bagian mukosa lambung yang biasa disebut Gastritis.
(Aru W. Sudoyo dkk. 2006)
III.2 Saran
Berdasarkan topik yang dibahas mengenai ‘Sekresi Lambung’ maka penulis
menyarankan pembaca setelah membaca referat ini agar bisa mengerti dan memahami
materi yang disampaikan, membaca kembali dari literatur atau referensi lain tentang
materi ini, agar bisa menerapkan ilmu ini ketika menemukan kasus tersebut di
lapangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Aru W. Sudoyo dkk. 2006.Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. 305-335 hal.
Ganong W.F. 2002.Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran ed 20.EGC. Jakarta. 509-514
hal.
Guyton, Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta. 840-847 hal.
Sherwood,Lauralee.2011.Fisiologi Manusia.EGC. Jakarta. 615-620 hal.
Sylvia A. Price.2006. Fisiologi
Manusia Untuk Mahasiswa Kedokteran. EGC. Jakarta. 445-447 hal.
Komentar
Posting Komentar